Monday, April 23, 2012

Ma Anta Ya Syaikh? Malam kelabu.


Lelah..., jarum panjang jam warisan pendahulu menunjukkan angka 6 dan jarum pendek yang dijepit angka 10 dan 11, bunyi dentang sekali dan tarikan nafas lega keluar dari hidung kami. Lelah, umek, lesuh, segala beban yang daritadi ditahan kini keluar sudah, bau keringat bercampur asap rokok segera memenuhi ruangan kecil dan pengap, denting suara gelas berisi minuman penambah stamina beradu dengan lantai...dan saya segera pergi, sebelum perintah lanjutkan datang :D

Gang kecil yang ramai, lalu lalang pencari hidangan malam, atau manusia yang hanya aktif di malam hari, siang harinya? mbabu seharian, atau paling tidak, membuat pulau impian di bantal bau iler karena kemprohnya sang empunya. Namun malam ini gang berbeda, banyak pak haji dan bu haji bertebaran dimana-mana dan mendadak saya seperti laron diantara banyaknya kupu-kupu.

Saya agak ndak enak hati melangkah membelah lautan putih itu sehingga mencari jalannya para makhluk njijiki berwarna hitam, namun apa daya tikus kali ini agak tidak bersahabat dengan manusia karena mereka selalu dimusuhi, sehingga jalan yang biasanya mereka pergunakanpun diblokade demi tuntutan kesetaraan makhluk Tuhan. Entahlah...karena saking lelahnya dan ditambah panik, saya berhalusinasi tikus sedang memblokade jalan sambil memasang beribu cindil tikus ditengah jalan :nohope:.

Belum genap kesadaran pulih, sesosok pak haji itu mendorong saya ke pinggir jalan dan hampir mampir ke rumahnya Pak Tikus di got-got bau wece yang dari jarak sepelemperan batu masih tercium. Mau marah, mau mbales, mau ngaplok...jelas ndak punya daya kekuatan saya, akhirnya saya cuma misuh istighfar, setelah rombongan pak haji galak itu dibelakangnya ada iring-iringan mobil kinclong dan pastinya mahal karena sampai sekarang saya belum punya :p. 

Dengan tongkat menyala pak haji galak itu menyibak jalan melancarkan iring-iringan rombongan mobil itu, saya? saya hanya mlongo...karena ternyata di mobil urutan ke tiga didalamnya ada bidadari yang secara tidak sengaja kami (saya dan dia) saling berpandangan mata :ngiler.

Saya lelah..sudah tak ada lagi tenaga untuk rasa penasaran apa yang sebenarnya terjadi, bungkusan nasi goreng seafood langganan segera dibuka, musik campursari ngoplo segera mengalun, dan saya berhasil lupa dengan kejadian tadi sampai ada tabuhan rebana bertalun-talun, kembang api yang rasanya ada disamping kuping saya, dan suara Sholawat Nabi yang tiba-tiba ndak enak didengar.

Headset terpasang, musik dikencangkan, semua pintu dan jendela tertutup dengan rapat, saya menahan ngilu yang tiba-tiba datang nyeri di dada, dengan segenap rasa saya mengintip dari celah jendela, dan astaga....bukannya orang itu yang dari minggu kemaren ramai kita bincangkan karena tuduhan ho ho hi hi.

Andai Rosululloh SAW semasa hidupnya dulu direkam, mungkin malam ini tidak saya sebut malam kelabu :(


#poto dicomot secara tidak sah dari google.

No comments: